Kamis, 27 Mei 2010

Terapi Baru Hentikan Rokok

Memblok Kerja Nikotin di Otak

Hampir setiap perokok menyadari kerugian dan bahaya yang di hadapi sebagai akibakat dari kebiasaan buruknya. Rata-rata perokok juga pernah berusaha untuk berhenti. Namun efek ketagihan nikotin yang sudah terlanjur terekam memori otak mengakibatkan seseorang kembali terjerumus dalam cengkeraman tembakau.
Dua faktor yang sangat berpengaruh pada keberhasilan atau kegagalan seseorang untuk berhenti merokok. Semakin dini orang mengenal rokok dan makin banyak jumlah rokok yang diisap setiap hari. Menentukan tingkat ketergantungan yang makin besar pada nikotin.
Efek adiktif nikotin sesungguhnya sangat kuat, bahkan lebih kuat dibandingkan obat-obat narkotika, dan itu yang membuat usaha untuk berhenti merokok kerap mengalami kegagalan, terutama jika kecanduannya sudah masuk tingkat berat.
Itu semua karena nikotin yang dilepaskan rokok biasanya melekat pada reseptor (sel penerima rangsangan) di otak yang disebut alpha4 betha2. Hal itu mencetuskan keluarnya dopamine, enzim yang menimbulkan perasaan nyaman dan gembira pada seseorang. Ketidakhadiran nikotin akibat putus rokok mengakibatkan seseorang kehilangan efek menyenangkan.
Metode terapi farmatotogi untuk membantu mengatasi kecanduan nikotin itu baru masuk ke Indonesia tahun lalu. Obat dengan kandungan varenicline tartrate yang dikonsumsi setiap hari sebanyak dua butir, bekerja dengan cara menempel pada reseptor otak yang sama yang biasanya di singgahi nikotin. Obat ini memblok kerja nikotin di otak, sehingga orang tidak lagi merasakan kenikmatan merokok.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar