Kamis, 27 Mei 2010

Museum Wayang Jakarta

1.Sejarah Museum Wayang
Musem Wayang ini persisnya terletak di Jalan Pintu Besar Utara No. 27 Jakarta Barat. Dari jauh sudah kelihatan kalau gedung ini tampak unik dan sangat menarik. Orang bilang, semakin tua sebuah gedung, semakin tampak antik dan menarik.
Gedung ini pertama kali dibangun pada tahun 1640 yang diberi nama ”De Oude Hollandsche Kerk” artinya Gereja Lama Belanda, dan tentu saja difungsikan sebagai Gereja.
Pada tahun 1732 gedung ini diperbaiki dan diganti namanya menjadi ”De Nieuwe Hollandsche Kerk” artinya Gereja Baru Belanda. Gedung ini pernah hancur akibat gempa bumi yang terjadi pada tahun 1808. Kemudian di bekas reruntuhan ini dibangun kembali gedung yang akhirnya dipergunakan sebagai Museum Wayang. Walaupun bangunan ini pernah dipugar, beberapa bagian gereja lama dan baru masih tampak terlihat dalam bangunan ini. Bahkan menurut catatan, di lokasi ini pernah dijadikan makam orang-orang Belanda yang pertama kali datang ke Batavia. Antara lain tokoh Belanda yang menjadi penguasa pertama di Hindia Belanda: “Jan Pieterzoon Coen”. Di depan bekas makam beliau ini juga terdapat berbagai macam jenis nisan dan bentuk tulisannya. Desain dinding dan tulisannya sangat kental dengan Gaya Eropa.
Museum Wayang ini diresmikan pada tanggal 13 Agustus 1975 oleh mantan Gubernur DKI Jakarta yaitu Bapak H.Ali Sadikin. Pada tanggal 16 September 2003 museum ini mendapat perluasan bangunan atas hibah dari H. Probosutejo.
Sebagai orang Indonesia kita sepatutnya bangga karena ternyata Wayang Indonesia telah diakui oleh UNESCO pada tanggal 7 November 2003 di kota Paris, Perancis dengan memproklamirkan Wayang Indonesia sebagai “Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity”.
Hal ini membuktikan bahwa Wayang Indonesia telah diakui sebagai “Karya Agung Budaya Dunia”. Pada kesempatan itu juga secara resmi diserahkan “Piagam Penghargaan UNESCO”, yang juga dilaksanakan di Paris, Perancis pada tgl 21 April 2004.

2.Koleksi Museum Wayang
Museum Wayang memamerkan dan memilki berbagai jenis koleksi dan bentuk wayang dan boneka seluruh Indonesia. Seperti wayang kulit, wayang golek, patung wayang, topeng wayang, wayang beber, wayang kardus, wayang rumput (suket), wayang janur, dan lain-lain. Wayang-wayang dan boneka tersebut ada yang terbuat dari kayu, kulit dan lain sebagainya.
Ada juga wayang dan boneka dari luar negeri misalnya dari Tiongkok, Vietnam, Kamboja, Thailand, Suriname, China, Perancis, Inggris, Polandia, India, Colombia, dll.
Di antara sekian banyak koleksi, terdapat pula koleksi boneka si Unyil, Cuplis, Pak Ogah, Melani, Usrok, Penjahat, Nenek Sihir, Pak Raden, Kinoi dkk. Ada juga boneka Pinokio yang berhidung panjang. Hingga kini Museum Wayang mengoleksi lebih dari 5.400 buah koleksi.

3.Wayang
Wayang dikenal sejak zaman prasejarah yaitu sekitar 1500 tahun sebelum Masehi. Masyarakat Indonesia memeluk kepercayaan [animisme] berupa pemujaan roh nenek moyang yang disebut hyang atau dahyang, yang diwujudkan dalam bentuk [arca] atau gambar.
Wayang merupakan seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang di Pulau Jawa dan Bali. Ada versi wayang yang dimainkan oleh orang dengan memakai kostum, yang dikenal sebagai wayang orang, dan ada pula wayang yang berupa sekumpulan boneka yang dimainkan oleh dalang. Wayang yang dimainkan dalang ini diantaranya berupa wayang kulit atau wayang golek. Cerita yang dikisahkan dalam pagelaran wayang biasanya berasal dari Mahabharata dan Ramayana.
Wayang, oleh para pendahulu negeri ini sangat mengandung arti yang sangat dalam. Sunan Kali Jaga dan Raden Patah sangat berjasa dalam mengembangkan Wayang. Para Wali di Tanah Jawa sudah mengatur sedemikian rupa menjadi tiga bagian. Pertama Wayang Kulit di Jawa Timur, kedua Wayang Wong atau Wayang Orang di Jawa Tengah, dan ketiga Wayang Golek di Jawa Barat. Masing masing sangat bekaitan satu sama lain. Yaitu "Mana yang Isi (Wayang Wong) dan Mana yang Kulit (Wayang Kulit) harus dicari (Wayang Golek)".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar